Selasa, 30 Maret 2010

Sekilas tentang Keindahan

Saya ingin membahas sekilas tengang keindahan...

Jika saya tanya, Anda pasti dengan fasih bisa menjelaskan apa itu “keindahan”. Namun jauh di lubuk hati, pasti Anda tahu bahwa konsep tentang keindahan versi Anda takkan sama dengan konsep keindahan saya (kecuali tentu saja kalau sengaja disama-samakan). Ini seperti ketika kaum pria memperdebatkan apakah Miss Indonesia sekarang cantik atau biasa-biasa saja, juga ketika cewek-cewek sibuk merumpi siapa yang lebih patut jadi L-Men of the Year. Misalnya begitu. Yakin deh, tidak bakal ada yang 100% sama.
Nah, kalau dalam skala individu saja sulit untuk menemukan kesamaan visi keindahan, bagaimana dalam skala yang luas? Dalam karya tulis sastra kasusnya pun sama, banyak takaran yang digunakan dalam menilai, misalnya novel A memilki keindahan yang jauh melebihi novel B.
Ernst Cassirer dalam An Essay on Man, buku yang ditulis tahun 1954, mengatakan bahwa “keindahan” tidak akan pernah selesai diperdebatkan. Keindahan bahkan sudah menjadi bahan bincang-bincang sejak ratusan tahun lampau. Intinya, mereka yang terlibat dalam masalah ini mencoba mendefinisikan apa sih keindahan itu? (Kurang kerjaan banget kan.)
Namun, yah, karena yang berdebat adalah pakar-pakar sastra dan pemikir-pemikir dunia, jadilah masalah keindahan ramai diperbincangkan hingga sekarang. Sampai-sampai muncullah beraneka definisi dari hasil kontemplasi mereka.
Salah satu definisi yang paling dikenal adalah hasil pemikiran penyair romantik Inggris, John Keats. Di bukunya yang ditulis tahun 1817, Endymion, terdapat definisi keindahan semacam ini:
A thing of beauty is a joy forever: Its loveliness increases; it will never pass into nothingness.
“Sesuatu yang indah adalah kegembiraan selama-lamanya: Kemolekannya bertambah, dan takkan pernah menuju ketiadaan.” Dahsyat, Men!
Keindahan versi John Keats ini dikenal dengan konsep Endymion. Sebenarnya, konsep ini muncul dalam cerita mitologi Yunani kuno. Endymion adalah seorang penggembala yang diberkahi keindahan abadi oleh para dewa, yaitu selalu muda, selamanya tidur, dan tidak pernah diganggu oleh siapapun. Para dewa Yunani kuno memerlukan Endymion untuk mengomunikasikan keindahan kepada manusia. Endymion merupakan bentuk yang dipilih oleh para dewa agar keindahan tersebut kekal. Cerita ini kemudian berkembang lebih lanjut dan hidup terus di sekian zaman.
Banyak objek yang kemudian menjadi bahan-bahan rujukan yang mempermudah konsep indah. Misalnya karya-karya Leonardo Da Vinci, seperti patung David yang dianggap sebagai sosok patung laki-laki dengan anatomi paling ideal, atau lukisan Monalisa sebagai senyum paling menawan.
Dari sini kita tahu bahwa keindahan hanyalah sebuah konsep yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk. Karena itu dia tidak berbicara langsung tentang keindahan, akan tetapi sesuatu yang indah.
Lalu bagaimana tentang negative capability? Konon, negative capability adalah kemampuan yang hanya dimiliki segelintir manusia. Orang-orang yang memiliki kemampuan ini adalah mereka yang benar-benar memiliki konsep keindahan lalu menuangkannya ke dalam bentuk yang indah. Siapa orang-orang tersebut?
Menurut Keats, orang-orang dengan negative capability adalah orang yang memiliki kemampuan untuk selalu dalam keadaan ragu-ragu, tidak menentu, dan misterius tanpa mengganggu keseimbangan jiwa dan tindakannya: Cuma pikiran dan hatinyalah yang diliputi keresahan.
Negative capability identik dengan proses mencari. Proses inilah yang menyebabkan seorang seniman tidak produktif, jarak antar karyanya cukup lama, tapi justru inilah yang membuat semua tulisannya menjadi matang. Dia akan menulis hanya setelah pelatuk imajinasinya memberi bentuk pada konsep keindahannya.
Orang yang tidak memiliki negative capability tidak akan kreatif. Sebab segala sesuatu baginya sudah jelas, tidak menimbulkan keraguan, dan bukan merupakan misteri. Keats mengatakan bahwa proses kreativitas identik dengan perjuangan untuk menciptakan keindahan, atau tepatnya menciptakan sesuatu yang indah.
Yap, begitulah. Bisa dibilang, para dewa memerlukan bentuk untuk menjelaskan keindahan. Maka ditunjuklah Endymion untuk mengomunikasikan keindahan. Karena ternyata hal ini lebih mudah daripada harus menjelaskan sendiri apa arti istilah itu. Nah, para dewa saja bingung untuk memberikan definisi, apalagi kita?
Jadi cukuplah kita mengetahui berbagai aspek keindahan karya-karya dari masa ke masa. Yang tak kalah penting, kita memiliki konsep keindahan sendiri dan tidak mempermasalahkan konsep keindahan yang dimiliki orang lain. Setuju?



referensi :
http://warungfiksi.net

Manusia dan Keindahan

Keindahan, kesejukan, kehalusan dan keserasian setiap hari di rasakan oleh manusia keindahan itu bisa didapatkan secara langsung ataupun melalui media.Untuk bisa melihat dan menikmati keindahan orang sering membuang waktu, uang dan tenaga yang tidak sedikit jumlahnya. Orang pergi ketempat yang indah karena orang senang dengan keindahan. Ada suatu kecendrumgan, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi pula hasrat dan keinginan untuk menghargai suatu keindahan
Pengetian dari Keindahan
Keindahan berasal dari kata indah yang berarti bagus, cantik, elok dan molek.Keindahan identik dengan kebenaran segala yang indah itu selalu mengandung kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal itu pada prinsipnya tidak indah. Keindahan yang bersipat universal, yaitu keindahan yang tak terikat oleh selera perorangan, waktu, tempat atau daerah tertentu. Ia bersipat menyeluruh
Segala sesuatu yang yang mempunyai sipat indah antara lain segala hasil seni, pemandangan alam, manusia dengan segala anggota tubuhnya dan lain sebagainya.
Dalam bahasa Latin, keindahan diterjemahkan dari kata “belum”Akar katanya adalam “benum” yang berarti kebaikan. Dalam bahasa Inggris menjadi kata “beatiful”, Prancis “beao” sedangkan Italy dan Spanyol”beloo”
Dalam arti luas meliputi kindahan hasil seni, alam, moral dan intelektual. Dan dalam arti estetik mencangkup pengalaman estetik seseorang dalam hubunganya dengan hubunganya dengan segala sesuatu yang di serapnnya. Sedangkan dalam arti terbatas kindahan sangat berkaitan dengan keindahan bentuk dan warna
Manusia menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan. Pengalaman keindahan biasanya bersipat terlihat (visual) atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut keindahan tersebut pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu adalah wajar tidak berlebihan dan tidak kurang. Orang menciptakan itu pada dasarnya mencontoh keindahan yang di anugrahkan Tuhan pada umatnya. Namun demikian orang yang mencontoh keindahan alam belum tentu menghasilkan keindahan. Konsep keindahan itu sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan kebenaran. Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan itu sendiri. Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah , sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik. Daya tidak pernah ada dan tidak akan bertambah sipat indah itu adalah universal, tidak terkait dengan selera seseorang waktu dan tempat dimanapun kapanpun mempunyai sipat yang sama dalam menghadapi sesuatu yang indah, yaitu sukap yang simpati dan empati
Bagong Kusudiarjo misalnya menciptakan berbagai kreasi tarian yang indah dan mengambarkan kehidupan nelayan, buruh pabrik hal ini menunjukan bahwa keindahan itu penting, tidak hanya di kota kota saja, yang menggemari tidak orang –orang kaya saja, namun semua berjuang demi sesuap nasipun merindukan keindahan dan di setiap sisi kehidupan ada keindahannya. dalam estetika modern orang lebih suka berbicara tentang seni dan estetika karena hal itu merupakan gejala konkret yang dapat di telaah dengan pengalaman secara empirik dan sistematis.
Orang yang mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu berimajinasi, rajin dan kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang lainya. Dengan kata lain imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai objek imajinasi . Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan orang-orang yang beriman, para nabi,orang yang menghargai kebenaran dalam agama, kata dan perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan yang paling indah
Jadi keindahan mempunyai dimensi interaksi yang sangat luas baik hubungan manusia dengan benda, manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan bagi orang itu sendiri yang melakukan interaksi .
Makna Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi yang berarti cocok atau selaras. Keserasian merupakan perpaduan antara warna, bentuk dan ukuran. Keserasian sangat berhubungan dengan keindahan, sesuatu yang serasi akan tampak indah. Dalam keselarasan seseorang memiliki perasaan seimbang, dan mempunyai cita rasa akan sesuatu yang berakhir dan merasa hidup sesaat ditengah-tengah kesempurnaan yang menyenangkan hati .
Makna Kehalusan
Kehalusan dalam bertingkah laku berhubungan dengan perbuatan lemah lembut, sopan santun, dan budi pekerti yang baik. Manusia yang tidak memiliki kehalusan dalam tingkah laku dapat membawa kearah hipokrit, munafik, tidak bertangung jawab, fiodal, kamuflase, berwatak plin plan, boros, tukang tipu dll. Dengan demikian sikap halus atau lembut merupakan gambaran yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama. Sikap halus harus dimulai dari keluarga karna dari sinilah akan mampu diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, hingga bisa mewujudkan ketentraman dan kesejahtraan. Jadi pada intinya kehalusan seseorang dalam bertingkah laku sangat menekankan pada kejujuran, kesetian, kesopan dan keramah tamahan
Bila dikaitkan dengan kehidupan bernegara seorang pejabat negara dan warga negaranya harus mempunyai kehalusan dalam melakukan hubungan, dengan kata lain harus saling menghormati. Tindakan pejabat publik yang mendahulukan kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan masyarakat banyak sangat bertentangan dengan kehalusan, cinta kasih baik kepada negaranya maupun rakyatnya. Pejabat seperti ini mencerminkan bahwa mereka tidak beradab dan tidak berbudi.
Renungan
Renungan berasal dari kata renung yang berarti berdiam diri memikirkan sesuatu secara mendalam dalam rangka memperbaiki diri dari tingkah laku yang kurang indah yang merupakan siatu bentuk koreksi diri. Merenung juga bisa berari mengevaluasi diri dari berbagai kesalahan, kealpaan dan dosa, baik itu terhadap orang lain maupun Tuhan.
Sedangkan merenung dalam rangka mengevaluasi pengetahuan yang dimiliki disebut berfilsafat. Pemikiran kefilsafatan mempunyai karakteristik tersendiri yaitu ;
1. Menyeluruh artinya mengunakan seluruh pengetahuan yang dimiliki
2. Mendasar artinya berpikir sampai pada akar permasalahanya
3. Spekulatif artinya pemikirannya dapat dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya
Renungan yang berhubungan dengan keindahan didasarkan atas tiga teori yaitu ;
• Teori pengungkapan, seni merupakan pengungkapan kesan kesan keindahan
• Teori metafisika, seni merupakan duni tiruan dari suatu realitas
• Teori Psikologi menyatakan bahwa proses penciptaa seni adalah pemenuhan keinginan bahwa sadar seorang seniman



referensi :
http://www.oocities.com

Manusia dan Cinta Kasih

Cinta…
Jika kita dengar kata – kata itu maka akan teringat pada satu definisi dasar yang berhubungan dengan persaan yang mungkin dapat mengingatkan kita pada seseorang yang memilki arti khusus dalam diri atau hidup kita. Persaan itu “Cinta” pasti akan datang pada diri setiap manusia ditampik atau tidak. Nurani setiap manusia pasti akan mengakui tentang perasaan yang satu itu ”Cinta” hanya saja mulutlah yang berkata bohong.
Cinta hanya datang pada mahluk Tuhan yang bernama manusia karena pada diri setiap diri manusia akan selalu diimbangi oleh akal dan nafsu. Dan cinta tidak akan pernah datang pada mahluk Tuhan lainnya karena mereka “Mahluk Tuhan Selain manusia” hanya memilki nafsu saja atau bahkan tidak sama sekali. Sebagai contoh sederhana malaikat, ia hanya memilki kebaikan saja dan selalu beribadah pada Tuhan begitu pula Iblis yang hanya memilki nafsu keburukan “menghasut dan selalu mengajak kita “manusia” agar mengikuti jalannya”. Kebaikan dan keburukan tersebut dapat dikategorikan kedalam nafsu atau emosionalitas. Pada binatang dan tumbuhanpun demikan. Hewan atau binatang hanya memilki nafsu dan bukan cinta karena pada hewan atau binatang didak disertai akal dan nurani.
Perasaan yang berawal dari pandangan mata hingga turun kehati merupakan bagian dari hidup dan kehidupan manusia, yang esensinya dapat melahirkan kreatifirtas dan cipta atau hasil karya melalui proses akhir, yaitu tanggung jawab. Cinta pada dasarnya dapat dikatakan sebagai budaya yang menggunakan perasaan serta akal sehat.
Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang dituangkan dalam goresan kertas dan kanvas seperti seni lukis dan gambar.
Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang memadukan irama dan nada dalam satu dinamisasi yang dikenal sebagai lagu dan seni musik.
Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni melalui goresan pena yang disebut sajak, pantun atau novel.
Dari sebuah cinta dapat melahirkan satu bentuk seni yang menggabungkan antara medidisasi nada dan goresan pena yang melahirkan drama, film dan lain sebagainya.
Dan dari sebuah cintalah dapat melahirkan tanggung jawab, baik pada pasangan atau orang yang kita cintai atau pada lainnya, maka
Dari sebuah cintalah terlahir manusia – manusia baru yang menghuni semesta kita ini.
Ungkapan yang ditimbulkan dari satu kata cinta tentulah tidak dapat dilepaskan dari suatu media perantara yang dapat menggambarkan dan memvisualisasikan serta mendefinisikan tentang perasaan “Cinta” tersebut, baik melalui alat komunikasi “bahasa” yang melahirkan sajak, puisi dan lain sebagainya atau bahkan yang meng-irama-kan nada dan shimpony.
Jika kita berbicara mengenai cinta maka itupun tidak dapat dipisahkan dengan unsur – unsur seni dan kebudayaan yang ada. Cinta sama dengan budaya yaitu suatu rasa, karya dan karsa.
Cinta bukanlah suatu monopoli orang dewasa saja tetapi cinta juga dapat hadir pada anak kecil tanpa memandang siapa, dari mana, warna kulit dan lain sebagainya. Karena cinta pada dasarnya merupakan suatu rasa yang sangat sulit untuk diungkapkan, baik dengan kata atau nada. Cinta itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari kasih dan sayang karena keduanya “antara kasih dan sayang” merupakan aplikasi lanjutan atau esensi dari sebuah kata cinta melalui beberapa kata dalam bentuk kasih, sayang, pemujaan dan lainnya yang kesemuanya akan dibalut dalam satukata tingkat tinggi, yaitu tanggung jawab.
Cinta itu sendiri memilik unsur – unsur yang mempengaruhinya. Dengan kata lain penunjang sebagai pembuktian dari pengorbanan karena cinta syarat akan pengorbanan. Seperti ; Tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, pengertian saling percaya dan terbuka dan masih banyak lagi.
Muhamad Iqbal. eorang philosof Pakistan mengatakan tentang cinta. Cinta dimata Iqbal memiliki dimensi spiritual yang dinamakan Isyq-o muhasbat yang memberikan daya kreatifitas yang hidup dan sebagai berdirinya suatu pribadi dan kepribadian. Dimana cinta menduduki urutan pertama dalam tariqh (suatu jalan, cara atau ikhtiar) hingga menuju penyempurnaan diri dan pensucian hati. Cinta menurutnya juga merupakan stasiun terakhir yang terletak pada Tuhan yang bersifat fundamental.
Definisi tepat yang dapat menggambarkan tentang cinta sangatlah sulit untuk dijelaskan secara terperinci dan sempurna, karena jika api cinta sudah berlobar maka akan sangat sulit untuk dipadamkan. Cinta merupakan kekuatan spiritual yang dapat membangkitkan fungsi – fungsi kecerdasan emosional dan secara spiritualitas dapat menembangkan potensi – potensi orang yang sedang mengalaminya.


referensi :
http://antihitamputih.wordpress.com

KEHIDUPAN MANUSIA DI ABAD 21 (Kehidupan Manusia dengan Kebudayaan)

Tahun semakin berlalu dan tidak terasa sekarang kita sudah menginjak pada abad 21. Proses menuju abad 21 telah berlangsung sejak tahun tujuh puluhan. Berbagai macam pengaruh yang datang tak lagi bisa dibendung, mengalir deras tanpa kenal batas.
Film, surat kabar, majalah, radio, televisi gencar menyuguhkan pemikiran, sikap dan
perilaku yang sebelumnya tidak dikenal. Era globalisasi memungkinkan timbulnya
gaya hidup global. Tumbuhnya restoran dengan menu khusus dari mancanegara semakin
menjamur, menggeser selera masyarakat yang semula bertumpu pada resep-resep
tradisional. Gaya berpakaian dipengaruhi oleh garis-garis mode yang diciptakan oleh
perancang kelas dunia. Kosmetika, aksesori, dan pernak-pernik lainnya untuk melengkapi
penampilan tidak lepas dari pengaruh era globalisasi, seperti halnya tata busana. Selain
mode, dunia hiburan juga tersentuh. Munculnya kafe, kelab malam, rumah bola (bilyard)
memberi warna baru dalam kehidupan masyarakat. Demikian pula kegiatan pasar.
Bentuk-bentuk pasar tradisional yang memungkinkan terjadinya keakraban antara penjual dan pembeli, sehingga keterlibatan emosional ikut mewarnai, perlahan menghilang dan
berganti dengan transaksi ekonomi semata ketika muncul pasar-pasar swalayan.
Seiring dengan perubahan jaman, masyarakat pun mengembangkan norma-norma,
Pandangan dan kebiasaan baru dalam berperilaku. Era globalisasi yang mewarnai abad 21
telah memunculkan pandangan baru tentang arti bekerja. Ada yang lebih luas dari sekadar
makna mencari nafkah dan ukuran kecukupan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Orang cenderung mengejar kesempatan untuk bisa memuaskan kebutuhan aktualisasi diri,
sekaligus tampil sebagai pemenang dalam persaingan untuk memperoleh yang terbaik,
tertinggi, terbanyak. Untuk bisa mengikuti gaya hidup yang baru, diperlukan dukungan
kemampuan ekonomi yang tinggi. Kebutuhan ini sangat terasa. Orang sibuk mencari uang untuk bisa memiliki gaya hidup seperti yang ditawarkan. Apalagi media massa juga rajin menggelitik masyarakat untuk dapat mengikutinya, antara lain melalui iklan, sinetron, acara-acara hiburan, dan sebagainya. Kemajuan teknologi komunikasi abad ini telah memungkinkan berita dan cerita segera menyebar ke seluruh pelosok, menyapa siapa saja, tak peduli penerima pesannya siap atau tidak.
Wajah keluarga juga berubah. Perkembangan jaman yang merubah gaya hidup
masyarakat ikut mewarnai kehidupan keluarga. Peran suami istri, pola asuh dan pendidikan anak tidak bisa mempertahankan pola lama sepenuhnya. Pengaruh yang
diterima suami istri, juga yang diterima anak dalam proses perkembangannya, tak lagi
bisa dipisahkan dari dunia di luar rumah. Orang tua tak lagi menjadi pewarna tunggal dalam pengembangan pola sikap tingkah laku anak. Ada lingkungan yang lebih luas dan leluasa memasuki kehidupan keluarga dalam menawarkan berbagai bentuk perilaku untuk diamati, dipilih, dan diambil alih anak. Kebutuhan ini erat kaitannya dengan pembentukan rasa percaya diri dan menumbuhkan motivasi untuk berusaha dan meraih kesempatan agar dapat senantiasa meningkatkan diri. Sikap yang mandiri, tak gentar menghadapi rintangan, mampu berpikir kreatif dan bertindak inovatif tapi juga peduli lingkungan adalah sosok yang diperlukan untuk menjalani kehidupan dalam era globalisasi. Jelas bahwa pengembangan sikap dan perilaku tersebut merupakan tuntutan yang lebih berat daripada hasil pendidikan yang menjadi tanggung jawab generasi sebelumnya. Kemampuan mengantisipasi masa depan
dengan berbagai alternatif untuk mengatasi permasalahannya menjadi sangat penting
untuk diperhatikan dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak. Situasi ini tidak hanya
merupakan masalah keluarga, melainkan juga seluruh pendukung proses pendidikan
anak, yaitu masyarakat, bangsa dan negara.
Dan disisi lain kebudayaan pun harus terus dijaga agar bangsa ini pun bisa mempunyai identiasnya sendiri. Jangan sampai identitas kita dicuri atau diclaim oleh negara lain. Segala cara harus kita upayakan agar kebudayaan yang menjadi identitas negara ini bisa tetap utuh.